Disabilitas, Bukan Hanya Keterbatasan Fisik

artikel kesehatan Disabilitas, Bukan Hanya Keterbatasan Fisik
Mita Audin Fauziah, S.K.M

#️⃣ Kesehatan

Bagikan:

Pernahkah Sahabat melihat para penyandang disabilitas ?

Siapa saja yang dapat disebut sebagai penyandang disabilitas? Penyandang disabilitas tidak hanya mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Setiap orang yang mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan berpartisipasi secara penuh dan efektif di tengah masyarakat dalam waktu yang lama dapat disebut sebagai penyandang disabilitas.

Sebenarnya, disabilitas tidak hanya mengacu pada satu macam keterbatasan saja. Lebih luas dari itu, disabilitas merujuk pada sekelompok orang dengan beragam kebutuhan khusus. Pasalnya, satu orang dengan jenis disabilitas yang sama bisa saja merasakan dampak yang berbeda.

Karena keterbatasan yang mereka miliki, sudah sebaiknya kita memberikan dukungan dan bantuan yang mereka butuhkan. Untuk memberikan dukungan yang tepat, yuk kita kenali lebih jauh mengenai disabilitas berikut ini.

Menurut WHO, disabilitas memiliki tiga dimensi utama, di antaranya:

  1. Gangguan pada struktur dan fungsi tubuh atau mental seseorang (impairment), contohnya kehilangan anggota tubuh, kehilangan penglihatan, atau kehilangan ingatan.

  2. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas (activity limitation), contohnya kesulitan untuk berjalan, melihat, menulis, mendengar, atau memecahkan masalah.

  3. Pembatasan partisipasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari (participation restrictions), contohnya keterbatasan untuk bekerja, memperoleh pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit, serta beraktivitas dalam kegiatan rekreasi dan sosial.

Beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyebab disabilitas adalah sebagai berikut:

  1. Kelainan bawaan lahir yang memengaruhi fungsi dan struktur organ tubuh, seperti kelainan kromosom (down syndrome), kelainan gen tunggal yang dapat menyebabkan Duchenne muscular dystrophy, serta kelainan yang disebabkan oleh paparan infeksi atau zat berbahaya (alkohol dan rokok) selama kehamilan.

  2. Akibat cedera, misalnya cedera tulang belakang dan cedera otak traumatis (traumatic brain injury).

  3. Penyakit yang sudah berlangsung lama (kronis), misalnya penyakit diabetes, stroke, dan penyakit kardiovaskular

  4. Gangguan spektrum autisme dan ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder) sejak masa kanak-kanak dan gangguan mental lainnya.

Penanganan dan pendampingan yang diberikan pada penyandang disabilitas berbeda-beda, tergantung dari jenis disabilitasnya. Berikut adalah penjelasannya.

  1. Disabilitas Fisik

Penyandang disabilitas fisik mengalami keterbatasan akibat gangguan pada fungsi tubuh. Cacat dapat muncul sejak lahir atau akibat kecelakaan, penyakit, atau efek samping dari pengobatan medis. Beberapa jenisnya antara lain lumpuh, kehilangan anggota tubuh akibat amputasi, dan cerebral palsy.

Penyandang disabilitas fisik akan diberikan alat bantu seperti kursi roda agar lebih mudah dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Ketika berhadapan dengan penyandang disabilitas fisik, sebaiknya mengutamakan untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum membantu atau saat akan menyentuh alat bantunya.

  1. Disabilitas Intelektual

Disabilitas intelektual dapat ditandai dengan tingkat IQ di bawah standar rata-rata, kesulitan memproses informasi, dan keterbatasan dalam berkomunikasi, bersosialisasi, dan kepekaan terhadap lingkungan. Beberapa jenis disabilitas intelektual adalah down syndrome dan keterlambatan tumbuh kembang.

Penyandang disabilitas intelektual cenderung membutuhkan waktu, kesabaran, serta perhatian lebih dari orang-orang di sekitarnya. Jadi, yang bisa dilakukan adalah mengajarkan instruksi dasar dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti.

Selanjutnya, usahakan agar lingkungan tidak menimbulkan tekanan atau stres bagi penyandang disabilitas. Lingkungan yang terlalu berisik atau terlalu ramai dapat menganggu konsentrasi mereka sehingga rentan menyebabkan stres.

  1. Disabilitas Mental

Penyandang disabilitas mental mengalami keterbatasan akibat gangguan pada pikiran atau otak. Disabilitas mental, termasuk bipolar, gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya. Mereka yang mengalami disabilitas mental dapat mengalami kesulitas untuk berkonsentrasi, berpikir, mengambil keputusan, dan mengutarakan isi pikiran mereka.

Menghadapi orang dengan disabilitas mental terkadang menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, situasi yang tidak nyaman dapat memperburuk emosinya secara signifikan. Jadi, cara menghadapi orang dengan masalah mental, seperti depresi, sebaiknya dilakukan dengan kesabaran dan pikiran yang terbuka.

Kemudian, sebisa mungkin jauhkan dari kondisi yang rentan membuatnya merasa stres dan tertekan. Saat akan menyampaikan informasi, sebaiknya gunakan pemilihan kata yang mudah dimengerti.

  1. Disabilitas Sensorik

Disabilitas sensorik adalah keterbatasan fungsi panca indra. Yang termasuk jenis disabilitas ini, antara lain disabilitas wicara, rungu, dan netra.

Cara menangani orang dengan disabilitas sensorik adalah mempelajari cara khusus untuk berinteraksi dengannya. Misalnya, untuk berinteraksi dengan penyandang tuna rungu dan tuna wicara, diperlukan keahlian dalam berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat atau menulis kalimat di atas kertas.

Selain itu, berbicaralah dengan tempo yang sedikit lebih lambat agar penyandang tuna rungu dan tuna wicara dapat lebih mudah mengerti dan mengikuti pembicaraan dari lawan bicaranya.

Jika Sahabat memiliki anggota keluarga penyandang disabilitas. Yuk, selalu berikan dukungan bagi penyandang disabilitas agar mereka juga dapat menjalani kehidupan dengan nyaman.


𝗥𝗦 Medina "Sehatmu, Semangat Kerjaku"⁣⁣

🏥 Jl. Raya Wanaraja No. 500, Garut ☎️ (0264) 2448808

#medina #rumahsakit #rumahsakitmedina #rsmedina #PKRSMedina #medinahospital #Germas

#️⃣ Kesehatan

Bagikan: